KHOERUR ROZIQIN
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
03 Agustus 2012
Wabah Korupsi
Sebuah penyakit yang mewabah di seluruh lini kehidupan bangsa Indonesia. Itulah korupsi. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan sampai dengan korupsi berat yang diresmikan dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. (http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi).
Korupsi dapat menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.
Wabah Korupsi sangan merugikan publik. Hengkangkan korupsi dari kehiduan kita agar negara bisa aman sejahtera. Akhirnya, cita-cita para pejuang negeri ini tak ternodai oleh perilaku yang tak berperikemanusiaan itu. Harapannya, korupsi dapat dihilangkan dari diri sendiri untuk mewujudkan kehipupan bersih dan disiplin.
Sosialisasi dan Pelatihan Pestisida Nabati KKP IPB Desa Banjarsari Garut
a. Deskripsi kegiatan
Pestisida nabati penting untuk menggantikan fungsi pestisida kimia. Pestisida nabati lebih ramah lingkungan dan aman. Pestisida nabati dapat dibuat secara sederhana dan mudah dengan biaya murah, sehingga dapat menekan biaya produksi pertanian. Pestisida nabati dapat berfungsi untuk memberantas berbagai jenis hama tanaman dan bahannya mudah dijumpai di lingkungan sekitar.
Kegiatan ini bekerjasama dengan kelompok tani Sekar Tani Kampung Ciloa. Kelompok tani ini dijadikan sebagai sampel dari objek program KKP karena anggotanya memiliki lahan persawahan yang luas di Desa Banjarsari. Jumlah peserta yang hadir adalah 20 orang. Program ini dilaksanakan bersama dengan sosialisasi pupuk cair organik dari sebuah perusahaan pupuk organik sehingga kegiatan tersebut saling bersinergi guna memberikan pengetahuan kepada petani akan manfaat pertanian secara organik, termasuk dalam hal ini pengendalian hama dengan pestisida nabati.
Adapun gambaran pelaksanaanya yaitu peserta mendapatkan pemaparan berupa materi pengendalian hama dengan menggunakan pestida nabati dan peragaan pembuatan pestisida tersebut secara langsung. Pemaparan dilakukan dengan menggunakan alat peraga berupa kertas flip chart dan laptop. Saat terdapat gambar penting, presentator memperlihatkan gambar yang terdapat di laptop tersebut ke para petani. Pada kegiatan ini juga mahasiswa KKP membuat selebaran berupa pamflet yang berisi panduan pembutan serta bahan-bahan yang yang dapat digunakan untuk membuat pestisida nabati. Setelah itu dilanjutkan sesi diskusi antara mahasiswa KKP dan petani.
Minat petani akan pestisida nabati cukup tinggi. Hal ini terlihat dari tingginya intensitas pertanyaan dan fokus diskusi berupa nilai ekonomi dari pengendalian menggunakan pestisdia tersebut. Namun nampaknya biaya pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati yang direkomendasikan cukup mahal untuk lahan yang luas, sehingga dari diskusi tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa harapan petani akan pestisida nabati adalah komposisi bahan yang murah dengan efetivitas kematian hama yang tinggi
b. Sasaran : Kelompok Tani
c. Tujuan kegiatan : Mengenalkan pentingnya pestisida nabati ramah lingkungan sebagai pestisida alternatif yang dapat memanfaatkan sumber daya lokal sebagai bahan pembuatannya
d. Metode : Sosialisasi dan Pelatihan
e. Waktu pelaksanaan : 15.30 – 17.00 WIB
f. Tempat pelaksanaan : Aula Madrasah Miftahussa’adah, Kampung Ciloa RW 04 Desa Banjarsari
g. Evaluasi program :
1. Media penyampaian hanya menggunakan laptop, sehingga gambar yang diperlihatkan peserta tidak maksimal
2. Praktek langsung pembuatan pestisida tidak disertai dengan pestisida nabati yang sudah jadi sehingga keampuhan pestisida tersebut tidak dapat diperagakan secara langsung.
3. Petani membutuhkan informasi mengenai dosis efektif pupuk yang diaplikasikan, namun kurang disiapkan akan hal itu.
h. Rekomendasi :
1. Menyiapkan proyektor sebagai media penyampaian materi
2. Mempersiapkan lebih banyak pengetahuan tentang budidaya pertanian dan bahan materi selain pestisida nabati, yakni pembenihan, pemupukan, serta pemeliharaan tanaman (pengairan, pengendalian gulma).
3. Menyiapkan bahan pestisida nabati yang sudah jadi dan mengaplikasikannya terhadap hama yang menyerang tanaman
Global Farm Indonesia (GFI) sebagai Bagian dari Pembangunan Pertanian Nasional
Global Farm Indonesia (GFI) sebagai Bagian dari Pembangunan Pertanian Nasional
Global Farm Indonesia (GFI) merupakan perusahaan pertanian yang didirikan awal tahun 2012 oleh Khoerur Roziqin, seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor angkatan 2009. Perusahaan ini sejatinya sudah berdiri sejak setahun silam, namun belum memiliki visi dan misi yang jelas dalam pencapaian tujuannya saat itu. Di awal tahun ini pemilik sekaligus perintis perusahaan membuat visi dan misi yang jelas dengan tujuan agar dapat mewujudkan mimpi perusahaan, yakni menjadikan pertanian Indonesia sebagai sektor informal yang diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk pembangunan Indonesia.
Visi Global Farm Indonesia adalah menjadikan perusahaan sebagai perusahaan agribisnis yang dapat menghasilkan produk secara kontinyu dengan kualitas tinggi sehingga mampu mempengaruhi dan memenuhi permintaan pasar lokal dan/atau internasional. Untuk mewujudkan visi tersebut, perusahaan memiliki lima pilar misi yaitu:
1. Menghasilkan produk secara kontinyu dengan aplikasi teknologi sederhana ataupun modern;
2. Menghasilkan produk agribisnis dengan kualitas tinggi;
3. Melakukan upaya perluasan pasar lokal dan internasional;
4. Meningkatkan kualitas sumber daya karyawan secara rutin;
5. Mengikutsertakan peran pemberdayaan masyarakat sekitar sebagai penunjang kestabilan perusahaan.
Visi dan misi tersebut selanjutnya akan menjadi sumber penyusunan strategi pengembangan potensi pertanian secara profesional, sehingga akan dihasilkan produk yang murah dengan kualitas tinggi. Dengan upaya ini akan banyak tenaga kerja yang terserap dan terjalin kemitraan yang profesioanl dengan petani-petani kecil sehingga kualitas sumber daya manusia petani pun dapat ditingkatkan.
Hingga Agustus, Global Farm Indonesia baru mengembangkan komoditas hortikultura yakni jamur tiram (Phaseolus ostreatus). Perusahaan merencanakan pengembangannya mulai dari pembibitan hingga pemasaran kreatif. Selama ini perusahaan telah berproduksi dan permintaan pun terus meningkat. Sehingga, di awal bulan februari lalu perusahaan telah membuka cabang kumbung baru (rumah diproduksinya jamur tiram) di Desa Caringin, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.
Perusahaan akan terus melakukan upaya perluasan produksi sehingga mampu memenuhi permintaan pasar. Hal ini juga diharapkan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak. Akhirnya dengan visi dan misi yang telah dibangun, perusahaan diharapkan terus berkomitmen dalam mengembangkan komoditas-komoditas pertanian lainnya seperti tanaman pangan, buah, dan tanaman obat. Harapannya, tujuan perusahaan untuk menjadikan pertanian Indonesia sebagai sektor informal yang mampu memberikan kontribusi untuk pembangunan Indonesia diharapkan dapat terwujud.
02 Agustus 2012
Pekarangan Sehat sebagai Program KKP IPB 2012 di Desa Banjarsari Garut
Deskripsi kegiatan
Pekarang sehat adalah sebidang tanah disekitar rumah yang dibatasi dengan pagar yang dapat dimanfaatkan untuk sumber pangan, sandang dan papan penghuni rumah, lingkungan hidup bagi berbagai jenis satwa, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen, tempat resapan air hujan dan air limbah keluarga ke dalam tanah, serta tempat pendidikan bagi anggota keluarga.
Kegiatan dilaksanakan dengan dua cara yaitu sosialisasi dan aksi nyata berupa pembuatan pekarangan sehat oleh mahasiswa KKP yang dijadikan sebagai contoh pekarangan sehat di desa Banjarsari. Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan selama dua kali yakni pada kegiatan pengajian akbar desa dengan memanfaatkan sambutan ketua KKP dan sosialisasi kedua dilaksakan pada acara yang direncanakan sendiri oleh mahasiswa di POSKESDES (Pos Kesehatan Desa). Pada sosialisasi pertama Ketua KKP menyampaikan program pekarangan dan mengajak masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman lokal yang bermanfaat seperti tanaman obat dan tanaman buah. Sosialisasi kedua kembali dipaparkan pentingnya pekarangan sehat dan penjelasan secara rinci fungsi beberapa tanaman lokal (tanaman obat) yang dapat ditanam di lingkungan pekarangan. Selain itu, sosialisasi yang dihadiri Ketua PKK Desa Banjarsari ini juga memperlihatkan contoh pekarangan yang dibuat dan dikelola mahasiswa di halaman POSKEDES. Sosialisasi yang kedua ini dilaksanakan bersamaan dengan sosialisasi dan pelatihan manajemen keluarga (program profesi Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen) karena target pesertanya sama yakni ibu PKK serta pemanfaatan pekarang sehat juga dapat mengehmat keuangan keluarga jika ditinjau dari nilai ekonominya.
Cara kedua pelaksanaan program pekarang sehat adalah aksi nyata, yaitu pembuatan dan penataan halaman depan POSKESDES Desa Banjarsari yang baru saja dibangun dan belum difungsikan keberadaannya. Tujuannya adalah menata halaman POSKESDES tersebut menjadi taman yang indah sekaligus berfungsi sebagai pekarangan sehat. Pada awal pelaksanaan aksi nyata, mahasiswa KKP bekerjasama dengan Karang Taruna dan perangkat desa Desa Banjarsari. Kegiatannya berupa pembersihan halaman dari gulma-gulma yang menutupi tanah dan meratakan tanah yang bergelombang. Setelah itu, secara simbolis dan bersama-sama mahasiswa, karang taruna, dan Kepala Desa meresmikan pekarangan sehat dengan menanam jambu kristal yang dibawa mahasiswa dari Bogor.
Kegiatan di minggu selanjutnya adalah penananaman tanaman baru dan pemeliharaan tanaman tersebut. Pada minggu kedua, mahasiswa menanam beluntas sebagai pagar hidup halaman POSKESDES. Penanaman dilakukan dengan menggunakan setek. Bahan tanaman tersebut berasal dari warga yang diminta mahasiswa. Selain penanaman beluntas, mahasiswa juga melakukan pemupukan untuk tanaman jambu kristal dan papaya yang telah ditanamn sebelumnya. Pada minggu ketiga dijumpai beberapa tanaman yang mati karena sinar matahari yang terik dan terbatasnya sumber air. Oleh karena itu dilakukan penyulaman tanaman beluntas. Selanjutnya dilakukan juga penanaman tanaman sayur yaitu bayam dan pare. Penanaman ini juga dilakukan penggemburan ulang tanah karena padatnya struktur tanah tersebut. Pada minggu keempat, mahasiswa secara bersama-sama memindahkan setek tanaman-tanaman obat lokal yang telah berakar ke dalam enam wadah pot yang sebelumnya telah disemaikan. Tanaman obat yang ditanam adalah sambung nyawa, patah tulang, mahkota dewa, buah delima, dan jenis rumput hias. Minggu kelima dilakukan inventarisasi tanaman dan penanaman tanaman hias sebagai unsur yang menambah keindahan pekarang tersebut. Minggu keenam dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman yang ditanam.
Di akhir kegiatan aksi nyata ini dilakukan pengamatan dan diperoleh bahwa bayam yang ditanam mati karena kekeringan air. Pepaya tumbuh lambat. Setek tanaman beluntas hidup sekitar 70% dari seluruh tanaman yang ditanam. Tanaman obat dalam pot tumbuh baik dan segar. Tanaman jambu kristal tumbuh subur dengan banyak tunas di beberapa ketiak daunnya. Hingga akhir kegiatan aksi nyata ini beberapa tanaman belum menunjukkan hasil pertumbuhan yang besar sehingga lahan belum terlihat hijau. Oleh karena itu mahasiswa menyerahkan pekarangan sehat percontohan kepada Ibu PKK dan Karang Taruna untuk melanjutkan merawat pekarang tersebut. Pekarang ini juga dapat dijadikan sebagai pekarangan percontohan di lingkungan desa, sehingga apabila ada lomba desa atau program pemerintah akan pekarangan, kegiatan aksi nyata tersebut dapat diteruskan.
b. Sasaran : Ibu PKK, Ibu rumah tangga, dan Karang Taruna
c. Tujuan kegiatan : Menyosialisasikan pemanfaatan pekarangan agar menjadi pekarangan sehat yang dapat dimanfaatkan penghuni rumah serta memberikan contoh nyata pekarangan sehat di lingkungan desa
d. Metode : Sosialisasi dan aksi nyata dengan membuat pekarangan di halam POSKESDES yang baru dibangun
e. Waktu pelaksanaan
1. Sosialisasi : 14 Juli 2012 (Pengajian Akbar Desa) dan 26 Juli 2012 (Sosialisasi Pekarangan sehat dan Manajemen Keuangan Keluarga)
2. Aksi Nyata : 6 Juli 2012 – 5 Agustus 2012 (Minggu ke-2 hingga minggu ke-6)
f. Tempat pelaksanaan
1. Sosialisasi : Balai Desa Banjarsari dan POSKESDES
2. Aksi Nyata : 6 Juli 2012 – 5 Agustus 2012 (Minggu ke-2 hingga minggu ke-6)
g. Evaluasi program
1. Sosialisasi :
a. Peserta yang hadir saat di acara pengajian akbar desa sangat banyak, namun pada sosialisasi yang diselenggarakan sendiri oleh mahasiswa KKP untuk Ibu PKK hanya 6 orang
b. Kegiatan sosialisasi di POSKESDES dilaksanakan pada bulan Ramadhan sehingga undangan yang hadir sedikit karena tingkat kesibukan ibu rumah tangga/ibu PKK di bulan Ramadhan cukup tinggi yakni pada pagi hari belanja ke pasar dan sore hari harus mempersiapkan buka puasa
2. Aksi Nyata :
a. Sumber air disekitar POSKESDES terbatas, keterlambatan dalam penyiraman membuat bahan tanam yang ditanam layu dan mati
b. Sinar matahari sangat terik sehingga membuat setek tanaman dan tanaman sayur yang baru berkecambah mati
c. Tanah sangat kering karena musim kemarau sehingga selama kegiatan KKP berlangsung tidak pernah turun hujan
d. Tanah yang kering dan adanya bekas adukan bangunan membuat pengolahan dan pengelolaan tanah cukup sulit.
e. Tenaga mahasiswa pria dalam satu kelompok hanya satu orang sehingga kegiatan fisik yang membutuhkan tenaga besar dapat dikerjakan hanya sedikit.
f. Sumber daya lokal berupa tanaman obat dan buah di Desa Banjarsari sangat beragam, namun rangkaian kegiatan KKP yang padat membuat terbatasnya waktu untuk mencari dan mengoleksi tanaman obat tersebut.
g. Kegiatan aksi nyata berupa pembersihan lahan dilaksanakan pada minggu ke-2 kegiatan KKP sehingga waktu evektif dalam membuat dan merawat pekarangan sehat percontohan di POSKESDES hanya satu bulan.
h. Sarana produksi tanam yang terbatas, seperti cangkul, kored, garpu, dan alat penyiram air, membuat sulit pelaksanaan kegiatan perawatan.
h. Rekomendasi :
1. Sosialisasi :
a. Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan dimana saja dengan memanfaatkan forum-forum umum seperti pengajian atau silaturrahim warga. Sosialisasi tersebut berupa imbauan dan ajakan untuk memanfaatkan pekarangan agar bermanfaat dan indah. Sosialisasi tidak hanya mengandalkan acara yang diselenggarakan sendiri.
b. Kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan sendiri baiknya dilaksanakan pada bulan sebelum Ramdhan agar peserta yang hadir lebih banyak dan tidak mengganggu kesibukan ibu-ibu
2. Aksi Nyata :
a. Menentukan lokasi percontohan pekarang yang memiliki sumber air cukup serta tanah yang gembur dan subur, hal ini akan memudahkan baik pengolahan maupun perawatannya.
b. Membuat jadwal piket penyiraman dan perawatan agar pelaksanaan perawataan tidak terbatas karena kegiatan KKP yang padat.
c. Kegiatan fisik yang membutuhkan tenaga besar dapat menyewa tenaga kerja untuk membantu kegiatan tersebut.
d. Menginventarisasi sumber daya lokal berupa tanaman obat dan buah serta lokasi yang tersebar di desa tersebut, kemudian menjadwalkan untuk pengambilan bahan tanam dan waktu tanamnya. Sehingga tidak hanya menjadwalkan frekuensi waktu tanam saja (dalam satu minggu menanam jenis tanaman yang baru).
e. Ketika ditentukan lokasi percontohan pekarang sehat, segera direncanakan disain lanskap serta jadwal kegiatan penanaman dan perawatannya
f. Menyiapkan sarana produksi tanam sejak awal serta menganggarkan dana untuk membeli alat penyiram air agar lebih mudah dalam perawatan.
g. Penyiraman harus teratur dan tidak boleh terlambat serta volume air yang diberikan harus lebih banyak karena tanah yang kering dan sinar matahari yang terik. Hal ini ditujukan untuk mengimbangi proses evapotranspirasi.
20 Juli 2010
Indahnya Pulau Biawak (Bompis) di Kabupaten Indramayu
Di provinsi Jawa Tengah tepatnya di kota Solo terdapat sebuah kompleks wisata warisan tentang batik. Kompleks tersebut bernama House of Danar Hadi, disingkat HDH. Kompleks yang dibangun pada tahun 2008 oleh sebuah perusahaan batik di Solo yang mengkhususkan menampilkan karya batik beserta aspek-aspek budaya sebagai obyek wisata utama.
Di dalam kompleks HDH, terdapat bangunan utama yang dinamakan Ndalem Wuryaningratan. Bangunan tersebut dahulunya merupakan rumah seorang pangeran bernama KRMTA Wuryaningrat, yang merupakan cucu dari Raja Solo, Sri Susuhunan Pakubuwono IX. Bangunan Ndalem Wuryaningratan dibangun di akhir abad ke-19, gaya arsitekturnya terbilang unik karena merupakan gabungan antar Jawa dengan Eropa. Sebelum di beli dan direnovasi oleh Danar Hadi pada tahun 1999, bangunan ini hanya merupakan bangunan tua yang terbengkalai dan dipenuhi rumput ilalang, tapi sekarang bangunan ini mempunyai fungsi sebagai ruangan yang memiliki berbagai fungsi.
Langganan:
Postingan (Atom)